Menolong Orang dengan Pemikiran Bunuh Diri

Menceritakan pemikiran bunuh diri atau perasaan negatif dengan teman atau keluarga bukanlah hal yang mudah. Jika teman atau orang yang kamu kasihi menunjukkan tanda-tanda peringatan bunuh diri, langkah pertolongan pertama yang bisa kamu lakukan adalah dengan bertanya.

Membicarakan keinginan bunuh diri dengan seseorang tidak akan memicu orang tersebut untuk bunuh diri. Justru, menanyakan hal tersebut memberikan kesempatan bagi mereka untuk bercerita dan mengungkapkan perasaannya, sehingga dapat melepaskan perasaan negatif di dalam diri sekaligus mengurangi risiko seseorang mencoba melakukan bunuh diri.

Laman ini akan memaparkan beberapa langkah yang bisa diambil dalam melakukan pertolongan pertama bunuh diri.

Daftar Isi

Siapkan dirimu untuk mendekati dirinya

Bagaimana sikapmu mengenai bunuh diri? Coba sadari dampaknya pada kemampuanmu untuk menolong. Perlu diingat, ada kemungkinan mereka memiliki kepercayaan dan sikap mengenai bunuh diri yang berbeda dengan kamu, terutama jika mereka berasal dari latar belakang, budaya, dan agama yang berbeda.

Pastikan bahwa diri kamu siap sebelum mendekati orang tersebut. Tanyakan dirimu beberapa pertanyaan untuk memastikan kesiapan diri, seperti “Apakah kondisiku sedang baik?”, “Bisakah aku meluangkan waktu untuknya?”, dan “Apakah aku bersedia mendengarkan dengan tulus?”.

Jika kamu tidak merasa siap atau tidak mampu, sebaiknya jangan menawarkan bantuan. Sadari bahwa kemampuan kita terbatas. Carilah orang lain yang kamu anggap bisa.

Jika kamu berhadapan dengan teman yang meminta bantuan di kamu merasa tidak mampu, kamu bisa berkata seperti: “Mohon maaf, kondisiku sedang tidak baik. Apakah ada orang lain yang kamu bisa hubungi?

Memulai percakapan

Bersikaplah tenang, dan katakan kepada mereka bahwa kamu peduli dengan kondisinya, dan kamu menawarkan pertolongan. Contoh:

"Kamu tidak terlihat seperti biasanya belakangan ini. Apa yang terjadi?"

"Aku khawatir dengan kondisi kamu yang [...]. Apakah kamu baik-baik saja?"

Beritahukan bahwa kamu bersedia untuk membantu. Kamu juga bisa menyesuaikan gaya bercakap dengan temanmu agar ia lebih dapat menerima keberadaanmu. Contoh:

"Aku ada untuk kamu jika kamu butuh bantuan atau orang untuk cerita."

"Cerita dong [bro/sis], kalo ada kenapa-kenapa. Ntar gue dengerin, selow aja."

Jika ia menolak berbicara denganmu pada saat itu, hargai pilihannya. Kamu dapat mengatakan hal seperti “Kamu bisa menghubungi aku jika kamu mau cerita nanti,” atau tanyakan “Apakah ada orang lain yang kamu bisa percaya?“. Tunjukkan bahwa kamu ada dan bersedia untuk membantu mereka. Tidak perlu memaksakan dirimu jika mereka menolak, karena hal itu akan membuat mereka semakin menolak keberadaanmu dan berpotensi menolak segala jenis bantuan.

Tips:

Sebaiknya, carilah tempat yang sepi atau tertutup, sehingga ia bisa bercerita dengan aman dan nyaman.

Berikan ruang untuk didengar

Jadilah pendengar yang aktif, dengan bersikap suportif, pengertian, dan memberi perhatian penuh. Tanyakan kepadanya apa yang ia pikirkan dan rasakan. Yakinkan dirinya bahwa kamu akan mendengarkan apa pun yang ia katakan tanpa dihakimi. Biarkan dia berbicara mengenai pikiran, perasaan, dan alasan ingin bunuh diri.

Beritahukan bahwa tidak apa-apa membicarakan mengenai hal-hal yang mungkin menyakitkan, bahkan jika itu sulit. Berikan dia ruang untuk meluapkan emosinya, seperti menangis, marah, atau berteriak. Dia mungkin akan merasa lebih lega setelah melakukan hal tersebut.

Tanyakan apa yang bisa kamu lakukan agar mereka dapat merasa lebih baik. Setelah ia bercerita, ingatlah untuk berterima kasih dan mengakui keberaniannya karena ia mau membagikan perasaannya dengan kamu.

Sebaiknya jangan:

  • Menyela atau memotong pembicaraan
  • Menyebut cerita mereka "cuma mencari-cari perhatian"
  • Menertawakan atau menyindir ceritanya atau tindakannya
  • Memarahi, menghakimi, mengeluarkan prasangka atau asumsi negatif
  • Membanding-bandingkan kondisi dirinya dengan kamu atau orang lain
  • Menyebut mereka "kurang dekat dengan Tuhan" atau mempertanyakan keimanannya
  • Memberikan nasihat, kecuali jika diminta. Ingat: Mereka membutuhkan orang yang bisa mendengar, bukan mencarikan solusi.

Tanyakan langsung mengenai pemikiran bunuh diri

Tanyakan langsung kepada dirinya mengenai pemikiran bunuh diri. Contoh:

"Apakah kamu memiliki pemikiran bunuh diri?"

"Apakah kamu memikirkan untuk mengakhiri hidupmu?"

Menanyakan seseorang tentang pemikiran bunuh diri tidak akan meningkatkan risiko orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri. Jika ia menjawab “Ya”, tanyakan lebih lanjut untuk mengenali tingkat risikonya (baca di bagian bawah).

Jangan mengajukan pertanyaan yang bermuatan atau menghakimi seperti “Kamu tidak berpikir melakukan sesuatu yang bodoh, kan?” Hindari reaksi negatif dan usahakan untuk terlihat tenang, percaya diri, dan berempati.

Cari tahu tingkat risiko bunuh dirinya

Jika seseorang yang kamu kenal berkata bahwa ia ingin bunuh diri, atau menunjukkan tanda-tanda peringatan bunuh diri, langsung periksa dan tentukan tingkat risikonya. Jangan abaikan atau menganggap keinginan itu sekadar mencari perhatian. Tanyakan kepadanya mengenai hal yang mempengaruhi keamanannya, seperti:

Niatan: "Apakah kamu ingin bunuh diri?"
Rencana: "Apakah kamu sudah merencanakan untuk mengakhiri hidup kamu?"
Cara: "Dengan cara apa kamu akan bunuh diri?"
Akses: "Apakah kamu sudah mengambil langkah untuk mendapatkan sarana bunuh diri?"
Waktu: "Kapan kiranya kamu akan bunuh diri?"

Jika mereka ternyata memiliki risiko yang tinggi, seperti akan melakukan bunuh diri dalam waktu dekat, segeralah mencari bantuan dengan menghubungi layanan darurat atau mintalah izin untuk membawa/mengantar mereka ke IGD rumah sakit terdekat.

Kamu juga bisa menanyakan:

  • “Apakah kamu mengonsumsi obat-obatan atau alkohol?”
    (Berada di bawah pengaruh alkohol, narkoba, atau obat-obatan dengan efek samping tertentu dapat meningkatkan risiko pemikiran bunuh diri.)
  • “Apakah kamu pernah mencoba melakukan bunuh diri sebelumnya?”
    (Jika ya, ia berisiko lebih tinggi.)
  • “Apakah kamu mendengar suara-suara, dan apa yang dikatakan suara tersebut?”
    (Ini penting, terutama jika suara-suara tersebut relevan dengan pemikiran bunuh dirinya saat ini.)

Kamu juga bisa menanyakan mengenai apa dukungan yang sudah ia terima, seperti:

  • “Apakah kamu sudah pernah menceritakan hal ini kepada orang lain? Apakah mereka sudah memahami perasaan/kondisi kamu?”
  • “Apakah kamu sudah pernah ke psikolog/psikiater?”
  • “Apakah saat ini kamu sedang dalam terapi/pengobatan?”
  • “Apa alasan kamu untuk hidup? Apa yang membuat kamu bertahan sejauh ini?”

Bagaimana jika mereka bersikeras bahwa "saya baik-baik saja"?

Terus amati apabila ia terus menunjukkan tanda-tanda peringatan bunuh diri atau potensi risiko bunuh diri. Percayalah pada insting kamu dan terus lacak setiap hal-hal yang mencurigakan, jangan ragu untuk menanyakan ulang jika kamu kembali menemukan tanda-tanda peringatan bunuh diri.
Pastikan orang-orang yang dekat dengannya tahu mengenai apa kekhawatiran kamu dan perubahan yang muncul, dan amati juga bila ia menunjukkan tanda-tanda peringatan lain.

Buat mereka menjadi aman

Orang dengan kecenderungan bunuh diri harus ditemani dan tidak boleh dibiarkan sendirian terlalu lama. Lakukan tindakan secepatnya jika kamu merasa orang itu dalam kondisi yang berbahaya. Ajak orang itu bekerjasama untuk memastikan dirinya aman.

Beberapa langkah yang bisa kamu lakukan adalah:

  • Sebisa mungkin, terus jagalah dirinya. Cari juga orang terdekat yang juga bisa menjaga dirinya di saat kamu tidak mampu, seperti keluarga, tetangga, teman dekat, atau rekan kerja/kantornya.
  • Jauhkan ia dari akses untuk mencoba bunuh diri, seperti mengambil barang-barang yang berbahaya atau segala hal yang berpotensi menimbulkan bahaya.
  • Tawarkan untuk bertemu dengan psikolog/psikiater atau ke IGD rumah sakit.

Jangan merebut paksa senjata/alat yang digunakan untuk mencoba bunuh diri.

Karena, senjata/alat itu justru dapat membahayakan keselamatan orang tersebut maupun kamu sendiri. Sebaiknya, selalu tawarkan dan tanyakan untuk "melepas/menaruh benda itu" dan hindari berkata "jangan melakukan itu". Jauhkan benda-benda tersebut hanya di saat kamu yakin bahwa situasinya aman bagi dirimu.

Ada kemungkinan ia akan marah pada kamu, karena kamu mencegahnya untuk melakukan bunuh diri atau membantu dia mendapatkan bantuan profesional. Jika mereka menyerang atau mengeluarkan kata-kata menyakitkan kepada kamu, abaikan saja – kamu tidak perlu merasa tersinggung.

Perlu dicatat bahwa walaupun kamu dapat memberi dukungan atau pertolongan, kamu tidak bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku orang lain. Kamu juga tidak dapat mengendalikan keputusan dia untuk melakukan sesuatu.

Cari bantuan profesional dan beri dukungan

Jika kamu menyimpulkan bahwa ia memiliki risiko bunuh diri yang tinggi, tawarkan untuk segera mencari bantuan profesional yang sesuai sesegera mungkin. Contoh:

"Apakah kamu ingin mencoba mencari bantuan profesional?"

"Kalau aku akan menemani kamu ke psikolog/psikiater, apakah kamu mau?"

"Aku kenal dengan [nama dokter/RS/klinik]. Kita coba ke sana yuk!"

Kamu bisa menawarkan untuk menemani ia saat ke psikolog/psikiater, agar ia merasa nyaman dan aman. Yakinkan bahwa menghubungi profesional akan membantu kondisi dirinya dan selalu ada harapan untuknya. Yakinkan juga bahwa ia tidak perlu takut dicap gila, merasa malu, atau semacamnya – tunjukkan bahwa kamu (atau orang lain) akan bersedia menemaninya. Jika ia menolak, tetap ajak dan dorong dia untuk mencari bantuan profesional, namun jangan memaksakan kehendakmu.

Bagaimanapun tingkat risiko bunuh diri yang dimilikinya atau apapun keputusan yang diambil mereka, kamu tetap bisa memberikan dukungan kepada orang yang kamu kasihi dengan berbagai cara:

  • Tawarkan diri untuk bekerja sama dengannya. Tanyakan apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat mereka lebih baik.
  • Ajak dan bantulah ia untuk menghubungi keluarga, kerabat, pasangan, atau siapapun yang bisa menjadi bagian dari support system. Keberadaan orang-orang yang mendukung di sekitarnya akan sangat membantu mencegah pemikiran bunuh diri.
  • Beri dukungan penuh atau temani saat ia mencari profesional, atau saat menjalani konsultasi, pengobatan, atau terapi.
  • Ingatkan ia untuk minum obat, menjalani terapi, atau berkonsultasi sesuai jadwal.
  • Membantu secara sementara untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang ia sulit lakukan, seperti menyiapkan makanan atau pekerjaan rumah tertentu.
  • Dorong mereka agar mampu melakukan aktivitas reguler di saat mereka sedang sehat, seperti bekerja, menjalankan hobinya, atau kebiasaan rutin lainnya. Namun, jangan memaksakan apabila mereka merasa belum siap.

Kami memiliki daftar Puskesmas, Rumah Sakit, dan Biro Psikologi yang menyediakan layanan kesehatan mental di beberapa kota besar di Indonesia.

Jangan simpan atau rahasiakan rencana bunuh diri

Jangan pernah berjanji kepada ia untuk merahasiakan, menyimpan, atau tidak memberitahukan kepada siapapun tentang pemikiran atau rencana bunuh dirinya. Berikan alasan seperti “Maaf, aku tidak bisa menjanjikan ini. Aku sangat peduli dengan kamu. Kamu butuh bantuan dan aku akan membantu kamu agar mendapat bantuan.

Beritahukan kepadanya siapa saja yang (kamu rasa) perlu tahu tentang pemikiran bunuh dirinya, katakan dengan penuh rasa hormat. Tegaskan bahwa orang-orang ini mungkin perlu tahu jika kamu merasa situasinya sangat berbahaya.

Sekalipun ia menolak mengizinkan kamu untuk membeberkan pemikiran bunuh dirinya, kamu mungkin perlu melanggar privasi orang tersebut, terutama jika ia ingin atau sudah melakukan bunuh diri dalam waktu dekat. Jujurlah dan beritahukan bahwa kamu terpaksa memberi tahu rahasia seseorang kepada orang yang akan mengetahui informasi tersebut.

Setelah kamu membeberkan keinginan bunuh dirinya kepada orang yang tidak ia inginkan, ia mungkin marah dan merasa tidak lagi percaya dengan kamu. Tetapi, lebih baik membiarkan mereka marah pada kamu atau kehilangan untuk sementara, daripada kehilangan dirinya untuk selamanya.

Jika ia melakukan tindakan bunuh diri, jangan panik. Segera lakukan pertolongan pertama

Jika ia mencoba melakukan bunuh diri, segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan segera panggil layanan darurat/ambulans. Perlu diingat, bahwa meskipun kita sudah melakukan yang terbaik, kita mungkin tidak berhasil mencegah bunuh diri.

Bagaimana jika saya sedang tidak dapat menjangkau dia?

Segera cari tahu orang lain yang berada di sekitarnya dan dapat menjangkau dia. Jika kamu sedang berada di dalam telepon, usahakan agar ia tidak menutup telepon. Mintalah untuk menjauhkan diri dari benda-benda berbahaya, sampai ada orang lain yang akan memberi pertolongan.

Jangan lupa untuk menjaga diri kamu.

Memberikan dukungan dan bantuan kepada orang yang ingin bunuh diri seringkali melelahkan. Oleh karena itu, penting untuk juga menjaga kesehatan fisik dan mental dirimu sendiri, dan pastikan kamu juga menyisihkan waktu untuk merawat diri kamu sendiri.

Tips:

Cari tahu mengenai keluarga, sahabat, pasangan, atau orang terdekat yang ia percaya. Ajaklah mereka untuk bekerja sama memberikan ruang curhat baginya, sekaligus menjaga kondisi dirinya.

Terima kasih kepada Adi Palguna dan Bayu Alamsyah sebagai penerjemah konten ini.

Sumber:

Mental Health First Aid Australia. Suicidal thoughts and behaviours: first aid guidelines (Revised 2014). Melbourne: Mental Health First Aid Australia; 2014.

Suicide Call Back Service. Discussing Suicide: How to talk to somebody about suicide. Diakses dari www.suicidecallbackservice.org.au

Suicide Line Victoria. Recognising suicide warning signs. Diakses dari www.suicideline.org.au

World Federation of Mental Health. Depression: A global crisis. Occoquan, VA: World Federation of Mental Health; 2012.