Liputan “Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia” di Indonesia

Jakarta – Meningkatnya kasus bunuh diri di Indonesia yang disertai dengan stigma terhadap mereka yang selamat dari percobaan bunuh diri, membuat sekumpulan mahasiswa tergerak dalam mengadakan perayaan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia di Indonesia. Perayaan ini berlangsung Sabtu, 7 September 2013 di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Kali ini, perayaan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia tidak hanya dirayakan untuk kalangan terbatas, namun terbuka untuk siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap korban dan keluarga bunuh diri. Tema yang diangkat kali ini adalah “Stigma: Rintangan Terbesar untuk Pencegahan Bunuh Diri”. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini berasal dari berbagai universitas di Jakarta dan Bandung, diantaranya Universitas Bunda Mulia, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, Universitas Katolik Atma Jaya, Binus International School, hingga Universitas Kristen Maranatha dan Universitas Padjajaran.

Bersama Ibu Tiwin Herman dari "Jangan Bunuh Diri"
Bersama Ibu Tiwin Herman dari “Jangan Bunuh Diri”

Kegiatan dimulai pada pukul 09:30 pagi, dengan sambutan hangat oleh Ketua STT Jakarta, Pdt. Joas Adiprasetya. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi pertama yang dibawakan oleh Ibu Tiwin Herman, mantan ketua perkumpulan Jangan Bunuh Diri (“JeBeDe”) yang menjelaskan mengenai fenomena bunuh diri di dunia dan Indonesia pada khususnya. Beliau menegaskan, ada rumus yang diperlukan untuk mendampingi pengguna fasilitas pendampingan orang-orang yang memiliki faktor resiko bunuh diri yaitu “KPC”: Kasih Sayang, Perhatian, dan Cinta.

Rev. Rebecca Young membawakan sesi yang bertemakan pandangan teologis mengenai bunuh diri
Rev. Rebecca Young membawakan sesi yang bertemakan pandangan teologis mengenai bunuh diri

Diselingi dengan performance dari Jimmy Wang dengan “When You Believe” dan “Set Fire to the Rain” yang memukau, sesi kedua diisi oleh Rev. Rebecca Young. Beliau memberikan diskusi teologis mengenai pandangan agama dari kitab suci berbagai agama, termasuk Islam, mengenai konsep kemanusiaan dan bunuh diri. Beliau mengingatkan bahwa orang-orang beriman sebaiknya tidak memberi atau mendukung stigma yang diberikan masyarakat, melainkan menemani dan membantu orang-orang yang terstigma.

Salah satu cuplikan adegan film "Parallel"
Salah satu cuplikan adegan film “Parallel”

Acara dilanjutkan dengan pemutaran “Parallel”, sebuah film pendek yang bertemakan keterkaitan bullying dan bunuh diri, khususnya pada kalangan remaja di Indonesia. Setelah film diputar, beberapa bagian dari kru, diantaranya Charlotte Cynthia Wijaya (sutradara), Denny Delian (aktor), dan Rizkiana Yuniarti (aktris) turut membicarakan pengalaman mereka saat pengambilan gambar, sekaligus ingin menyampaikan pesan inti dari film pendek ini.

Seluruh orang dalam ruangan menyalakan lilin bersama
Seluruh orang dalam ruangan menyalakan lilin bersama

Sesi keempat diisi dengan rangkaian doa bersama yang dilakukan untuk mengenang korban bunuh diri di Indonesia. Doa yang dilakukan secara lintas agama ini dibawakan oleh mahasiswa dari STT Jakarta sendiri. Tak lupa, seluruh panitia dan peserta turut menyalakan lilin bersama. Lilin ini menjadi simbol bahwa diri kita sendiri telah  siap menjadi penerang di tengah orang-orang yang saat ini mengalami “kebutaan” dan “kebuntuan” dalam hidup.

Rangkaian acara ditutup dengan sesi foto bersama, dan tentunya semangat untuk merayakan gerakan “Hapus Stigma, Sayangi Jiwa, Peduli Sesama”!

Teman-teman dapat menyaksikan dengan lengkap foto kegiatan kami di Facebook dan liputan kami selanjutnya.

Kevin Sucianto
Kevin Sucianto
Sebagai "Social Media Auditor", Kevin mulai berkontribusi di Into The Light Indonesia sejak 2013, lalu kabur sebelum kembali lagi pada 2018. Kevin adalah lulusan mahasiswa akuntansi yang saat ini tobat berprofesi di bidang marketing communication, penulis konten, dan pengelola media sosial. Di saat waktu luang, senang bermain Cookie Run: OvenBreak, mengisi teka-teki silang, menjadi barista abal-abal, atau berburu restoran paling enak di Jakarta.