Pada 30 Mei 2015, Into The Light Indonesia ikut berpartisipasi untuk membawakan sesi mengenai peranan remaja dalam pencegahan bunuh diri dan napza dalam seminar “Peranan Generasi Muda dalam Membangun Indonesia yang Bebas dari Narkoba”. Seminar yang diinisiasi oleh Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia (PERDUKI) dengan Jaringan Rehabilitasi Psikososial Indonesia (JRPI), dan diadakan di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya ini memiliki tujuan khusus, yaitu:
- Meningkatkan pengetahuan mengenai narkoba, dampak yang ditimbulkan, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah narkoba
- Membangun kesadaran dan pengetahuan mengenai bentuk kontribusi yang dapat dilakukan oleh masing-masing individu dalam rangka membangun Indonesia yang bebas dan bersih dari narkoba
- Mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa, untuk ikut serta berkontribusi mencegah dan menanggulangi narkoba
Tujuan ini penting untuk dicapai, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Puslitkes UI (2011), angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dimana pada 2015 diperkirakan jumlah pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa (Fariz Fardianto, 2014, dikutip dari Merdeka.com). Dalam lima tahun terakhir, pasien rawat inap di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) jumlahnya terus meningkat (Buletin NAPZA Kementerian Kesehatan, 2014). Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan karena dapat memengaruhi produktivitas dan berdampak negatif terhadap individu dan negara.
Kelompok remaja dinilai rentan mengonsumsi narkoba dan zat terlarang lainnya karena pada masa tersebut individu berada dalam proses pencarian jati diri. Tidak jarang ditemui bahwa penggunaan narkoba diawali oleh adanya pengaruh sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, PERDUKI bersama dengan JRPI mengadakan seminar ini sebagai salah satu upaya untuk mengajak generasi muda turut aktif dalam pencegahan penggunaan narkoba.
Seminar dibuka oleh sambutan dari PERDUKI dan JRPI. Para professional seperti dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ., MKK (psikiater), Dr.Doddy Haryadi, MS. (psikolog), dan Nur Syamsu Kusuma, M.Si (pekerja sosial) mencoba menjelaskan masalah terkait NAPZA yang terjadi di Indonesia sesuai dengan keahlian dan pengalamannya masing-masing. Banyaknya jenis NAPZA, peredarannya di antara remaja, serta sedikitnya sistem rehabilitasi yang tersedia menjadi beberapa masalah yang mereka angkat.
Setelah sesi dari para profesional, terdapat juga sesi testimoni dari mantan pengguna sekaligus konselor NAPZA, Octo Berliansyah yang mendedikasikan dirinya untuk memfasilitasi proses rehabilitasi kawan-kawan pengguna narkoba. Ia menceritakan pengalaman pribadinya dari awal keterlibatan dirinya hingga hendak bunuh diri akibat NAPZA, dan saat ia lepas dari NAPZA. Setelah sesi dari pak Octo, Into the Light diwakili oleh Benny Prawira juga menjelaskan mengenai masalah gangguan jiwa pada remaja yaitu salah satunya adalah penggunaan NAPZA terutama pada remaja laki-laki usia 15 – 19 tahun. Masalah penggunaan NAPZA yang berbeda dari setiap diagnosis gangguan jiwa serta masalah stigma pada pengguna NAPZA dan ODGJ juga dijelaskan. Selain itu, juga dijelaskan bagaimana hubungan antara NAPZA, gejala gangguan jiwa dan bunuh diri yang sangat erat dan bisa bersifat timbal balik.
Dalam penutupan seminar hari itu, dibuat pernyataan bersama dari mahasiswa mengenai peran mereka agar dapat mencegah semakin maraknya penggunaan NAPZA. Partisipasi anak muda dalam seminar ini sangat dihargai dan menjadi penting untuk disorot bersama dalam event-event terkait kesehatan jiwa selanjutnya. Diharapkan dengan bekerjasama lintas generasi, kita dapat membangun bangsa yang lebih sehat jiwa.