Mengenal Pertolongan Pertama Intervensi Krisis Bunuh Diri

Ini adalah arsip artikel lama kami. Konten dari artikel dengan versi yang lebih lengkap kini tersedia di laman Menolong Orang dengan Pemikiran Bunuh Diri.

Pertolongan pertama merupakan istilah yang tidak asing dalam dunia kesehatan. Di Indonesia, istilah yang mungkin paling lazim diketahui adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Namun, apakah kamu tahu bahwa ada jenis pertolongan pertama yang lain dalam dunia kesehatan – lebih spesifiknya dunia kesehatan jiwa?

Salah satu jenis pertolongan pertama dalam dunia kesehatan jiwa adalah pertolongan pertama kesehatan jiwa (mental health first aid) yang mencakup pertolongan pertama bunuh diri (suicide first aid). Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai pertolongan pertama bunuh diri dan cara melakukannya dalam intervensi bunuh diri.

Pertolongan Pertama Kesehatan Jiwa

Pertolongan pertama kesehatan jiwa adalah program dan kegiatan terstandardisasi yang mengombinasikan pendidikan dan kegiatan terkait dengan psikologi, seperti konseling. Jenis pertolongan ini dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat dalam melakukan pendekatan, dukungan, dan rujukan untuk individu dalam masa sulit atau krisis kesehatan jiwa dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait dengan kesehatan jiwa. (Hadlaczky dkk., 2014). Studi metaanalisis yang dilakukan oleh Hadlaczky dan tim penelitinya melaporkan bahwa pelatihan pertolongan pertama kesehatan jiwa dapat meningkatkan literasi kesehatan jiwa pada populasi umum, serta dapat menangkal stigma terkait dengan kesehatan jiwa. Selain itu, hasil studi tersebut juga melaporkan bahwa peserta pelatihan menjadi lebih aktif dalam mendukung orang-orang dengan masalah kesehatan jiwa dan bunuh diri.

Pertolongan Pertama Bunuh Diri

Pertolongan pertama bunuh diri merupakan bentuk pertolongan pertama kesehatan jiwa dalam intervensi krisis bunuh diri. Pertolongan ini memiliki tujuan khusus untuk mencegah individu melakukan tindakan bunuh diri. Kemampuan seseorang dalam mendeteksi tanda-tanda peringatan bunuh diri pada individu sangat penting untuk memulai pertolongan pertama bunuh diri.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan jika seseorang memiliki tanda-tanda peringatan bunuh diri? Tetap tenang dan lakukan pertolongan pertama bunuh diri.

Mental Health First Aid Australia (2014) memaparkan 10 langkah dalam melakukan pertolongan pertama bunuh diri:

Siapkan dirimu untuk mendekati individu

Pertama, bagaimana sikapmu mengenai bunuh diri? Coba sadari dampaknya pada kemampuanmu untuk menolong. Perlu diingat, ada kemungkinan mereka memiliki kepercayaan dan sikap mengenai bunuh diri yang berbeda dengankamu, terutama jika berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda.

Pastikan diri kamu siap sebelum mendekati individu. Tanyakan dirimu beberapa pertanyaan untuk memastikan kesiapan diri, seperti “Apakah kondisiku baik?”, “Bisakah aku memberi waktu sebanyak yang diperlukan?”, dan “Apakah aku bersedia mendengarkan dengan tulus?

Melakukan pendekatan dengan individu memerlukan momen yang tepat. Untuk memastikan hal ini, kamu dapat menanyakan dirimu sendiri, seperti “Sudahkah aku memilih suatu tempat yang relatif pribadi dan nyaman?”, “Sudahkah aku menemukan waktu yang tepat bagi dia untuk berbicara?” dan “Sudahkah aku memastikan bahwa aku memiliki cukup waktu untuk berbicara dengan dia?

Jika kamu merasa tidak mampu untuk bertanya pada individu mengenai pemikiran bunuh diri, carilah orang lain yang kamu anggap bisa.

Tunjukkan kepedulian kamu

Bertindaklah secepatnya jika kamu berpikir atau curiga bahwa seseorang memikirkan atau mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri.

Katakan kepada mereka bahwa kamu peduli dan ingin menolong, seperti “Kamu tidak terlihat seperti biasanya belakangan ini. Apa yang sedang terjadi? Aku ada untuk kamu jika kamu butuh bantuan atau orang untuk cerita.

Jika orang tersebut tidak ingin berbicara denganmu pada saat itu, kamu dapat mengatakan hal seperti “Kamu bisa menghubungi aku jika kamu mau cerita nanti.

Bila kamu tidak mampu melakukan koneksi dengan orang tersebut, bantu dia mencari orang lain untuk bicara. Tanyakan seperti “Apakah ada orang lain yang ingin kamu ajak bicara?

Menanyakan mengenai pemikiran bunuh diri

Tanyakan langsung kepada orang tersebut mengenai pemikiran bunuh diri. Misalnya, kamu dapat menanyakan “Apakah kamu memiliki pemikiran bunuh diri?” atau “Apakah kamu memikirkan untuk mengakhiri hidupmu?” Menanyakan seseorang tentang pemikiran bunuh diri tidak akan meningkatkan risiko orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri.

Kamu sebaiknya tidak mengajukan pertanyaan menghakimi seperti “Kamu tidak berpikir melakukan sesuatu yang bodoh, kan?” Hindari reaksi negatif dan usahakan untuk terlihat tenang, percaya diri, dan berempati.

Berikan ruang untuk didengar

Bersikaplah suportif, pengertian, dan dengarkan individu dengan perhatian penuh. Tanyakan individu tersebut apa yang ia pikirkan dan rasakan. Yakinkan individu bahwa kamu ingin mendengarkan apa pun yang ia katakan. Biarkan dia berbicara mengenai pikiran, perasaan, dan alasan ingin bunuh diri.

Kamu dapat mengatakan hal seperti “Apa yang kamu rasakan dan pikirkan? Aku ada di sini untuk mendengarkan apa pun yang mau kamu ceritakan.

Selain itu, biarkan dia tahu bahwa tidak apa-apa membicarakan mengenai hal-hal yang mungkin menyakitkan, bahkan jika itu sulit. Berikan dia ruang untuk menangis, mengekspresikan kemarahan, atau berteriak. Dia mungkin merasa lebih lega setelah melakukan hal tersebut.

Setelah itu, ingatlah untuk berterima kasih dan mengakui keberaniannya karena orang tersebut mau membagikan perasaannya dengan kamu.

Cari tahu urgensinya

Anggap semua pemikiran bunuh diri serius dan ambil tindakan. Jangan abaikan atau menganggap pikiran individu sebagai usaha untuk mencari perhatian. Tanyakan individu mengenai hal yang mempengaruhi keamanannya, seperti:

  • Rencana atau niatan untuk bunuh diri. Jika ia menjawab ya, tanyakan juga pertanyaan langsung mengenai bagaimana caranya, kapan, dan di mana dia berniat melakukan bunuh diri. Tanyakan juga apakah dia sudah mengambil langkah untuk mendapatkan sarana bunuh diri.
  • Mengonsumsi narkoba atau alkohol. Berada di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan tindakan atas pemikiran bunuh diri.
  • Riwayat percobaan atau rencana tindakan bunuh diri sebelumnya.

Jika individu mengatakan bahwa dia mendengar suara-suara, tanyakan apa yang dikatakan suara-suara tersebut. Ini penting, apalagi jika suara-suara tersebut relevan dengan pemikiran bunuh dirinya saat ini.

Penting juga untuk mencari tahu dukungan apa yang tersedia untuk individu tersebut, seperti:

  • Orang lain yang sudah diberitahu mengenai perasaan mereka;
  • Perubahan pada dirinya, seperti pekerjaan, kehidupan sosial, atau keluarga;
  • Perawatan untuk masalah kesehatan jiwa yang sudah diterima dan obat apa saja yang dia konsumsi.

Semakin spesifik rencana bunuh diri seseorang, seperti sarana, waktu pelaksanaan, atau kebulatan niat, semakin tinggi risiko individu tersebut untuk mencoba bunuh diri dalam waktu dekat. Kurangnya rencana bunuh diri tidak menjamin bahwa individu itu aman.

Buat mereka menjadi aman

Individu dengan kecenderungan bunuh diri harus ditemani dan tidak boleh dibiarkan sendiri. Lakukan tindakan secepatnya jika kamu mencurigai adanya bahaya langsung dari individu tersebut. Lebih baik, ajak individu bekerjasama untuk memastikan keamanannya daripada bertindak sendiri (atau memaksa orang tersebut) untuk mencegah bunuh diri.

Ketika berbicara dengan individu, fokuslah pada hal-hal yang akan menjaga ia tetap aman sekarang, daripada hal-hal yang menempatkannya dalam bahaya. Selain itu, fokuslah pada apa yang harus dilakukan oleh individu daripada apa yang tidak seharusnya ia lakukan.

Perlu dicatat bahwa walaupun kamu dapat memberi dukungan, kamu tidak bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku orang lain. Selain itu, kamu tidak dapat mengendalikan keputusan dia untuk melakukan sesuatu.

Cari bantuan profesional

Dorong individu untuk mendapatkan bantuan profesional yang sesuai sesegera mungkin. Kamu dapat melakukan hal ini dengan menanyakan “Apakah kamu memikirkan untuk mencari bantuan profesional?

Jangan berasumsi bahwa individu akan membaik tanpa bantuan profesional atau akan mencari bantuan sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan bunuh diri sering tidak mencari bantuan karena banyak sebab, termasuk stigma, rasa malu, dan keyakinan bahwa situasinya tidak ada harapan dan tidak ada yang bisa membantu.

Jika individu enggan mencari bantuan, tetap dorong dia untuk mencari bantuan profesional dengan cara yang kooperatif. Terutama, jika individu adalah remaja, gunakanlah pendekatan yang lebih direktif, dengan memberikan instruksi yang lugas, jelas, dan lebih terarah. Pastikan juga orang terdekat (seperti teman dekat atau anggota keluarga) mengetahui situasi tersebut.

Ada kemungkinan individu akan mengekspresikan kemarahannya pada kamu, karena kamu berusaha untuk mencegahnya melakukan bunuh diri atau membantu dia mendapatkan bantuan profesional. Pastikan kamu tidak menempatkan dirimu dalam bahaya saat menawarkan dukungan kepada individu. Hindari kesempatan ia akan menyerang atau melakukan kekerasan fisik kepada kamu. Jika mereka melakukan tindakan atau mengeluarkan kata-kata menyakitkan dari individu, abaikan saja – kamu tidak perlu merasa tersinggung.

Melakukan rujukan ke profesional seperti psikolog dan psikiater sangat dianjurkan dalam intervensi krisis bunuh diri. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai layanan atau fasilitas kesehatan jiwa di Indonesia, dapat dilihat di sini.

Jangan simpan atau rahasiakan rencana bunuh diri

Jika orang tersebut meminta kamu merahasiakan, menyimpan, atau tidak memberitahukan kepada siapapun tentang pemikiran atau rencana bunuh dirinya, tolak permintaan itu. Berikan penjelasan seperti “Aku sangat peduli dengan kamu. Kamu perlu bantuan dan aku di sini untuk membantu kamu mendapatkannya”.

Perlakukan individu dengan rasa hormat dan libatkan individu dalam memutuskan siapa saja yang berhak tahu tentang pemikiran bunuh dirinya. Jika individu menolak memberikan izin untuk mengungkapkan informasi tentang pemikiran bunuh dirinya, maka kamu mungkin perlu melanggar kerahasiaan individu untuk memastikan keselamatannya. Dengan demikian, kamu harus jujur dan memberi tahu orang yang akan kamu beri tahu.

Ia mungkin marah dan merasa tidak lagi percaya dengan kamu. Tetapi, lebih baik membiarkan mereka marah pada kamu, daripada kehilangan orang itu karena bunuh diri.

Jika orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri, segera lakukan pertolongan pertama

Jika individu telah melukai dirinya sendiri atau mencoba melakukan bunuh diri, segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan segera panggil layanan darurat/ambulans. Perlu diingat, bahwa meskipun kita sudah melakukan yang terbaik, kita mungkin tidak berhasil mencegah bunuh diri.

Pahami bahwa tidak semua orang yang telah melukai dirinya sendiri, tidak ingin bunuh diri. Beberapa orang melukai dirinya sendiri karena alasan lain selain bunuh diri, seperti menghilangkan penderitaan yang tak tertahankan, untuk berhenti merasa mati rasa, atau alasan lain.

Jaga diri kamu

Setelah membantu seseorang yang ingin bunuh diri, pastikan kamu juga merawat diri kamu sendiri. Memberikan dukungan dan bantuan kepada orang yang ingin bunuh diri seringkali melelahkan.Oleh karena itu, penting untuk juga menjaga dirimu sendiri.


Dengan mengenal individu tersebut secara lebih personal, kita dapat mengatur cara untuk memberikan pertolongan pertama bunuh diri yang sesuaidengan gaya individu tersebut.

Referensi

Hadlaczky, G., Hökby, S., Mkrtchian, A., Carli, V., & Wasserman, D. (2014). Mental Health First Aid is an effective public health intervention for improving knowledge, attitudes, and behaviour: A meta-analysis. International Review of Psychiatry,26(4), 467-475. doi:10.3109/09540261.2014.924910

Mental Health First Aid Australia. Suicidal Thoughts and Behaviours: First Aid Guidelines (Revised 2014). Melbourne: Mental Health First Aid Australia; 2014

Adi Palguna
Adi Palguna
Adi ("Compassion and Mental Health Promotor") merupakan anggota Task Force: Suicide Crisis Intervention di Into the Light Indonesia. Memiliki pengalaman langsung dengan depresi, gangguan cemas, dan krisis bunuh diri di masa lalu mendorongnya untuk membantu orang-orang dengan gangguan kesehatan jiwa. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan bimbingan dan konseling di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.