Saatnya Mulai Bicara Tentang Depresi dan Bunuh Diri

Pada 2017, World Health Organization (WHO) memulai kampanye yang menyasar orang dengan depresi dengan slogan “Depression: Let’s Talk”. Namun, terkadang sebagian dari kita tidak mengerti bagaimana memulai pembicaraan dengan orang-orang yang kita sayangi mengenai kondisi yang mereka rasakan. Kita mungkin saja bersikap demikian, karena kita sendiri tidak pernah mengalami apa yang mereka alami, sehingga sulit bagi kita untuk menjadi relevan dengan perasaan mereka. Sikap ini juga dikontribusi oleh kebiasaan kita untuk tidak ingin terlihat mencampuri urusan orang lain. Dari sisi penyintas, memulai pembicaraan terkadang menjadi sulit karena ingin tidak terlihat lemah atau menyulitkan orang lain.

Namun, memulai pembicaraan dengan depresi yang dialami adalah hal yang penting. Bagi orang dengan depresi, merasa didengarkan dan diinginkan merupakan salah satu hal yang dapat mengurangi beban yang mereka rasakan. Dalam memulai pembicaraan mengenai kesehatan jiwa, ada baiknya memperhatikan beberapa hal berikut:

Memulai dukungan

Memulai pembicaraan mengenai kesehatan jiwa bisa menjadi suatu momok, tetapi memulai percakapan mengenai masa sulit seperti perpisahan, kematian, dan peristiwa kehidupan lainnya memang tidak selalu mudah untuk dimulai. Ketika kita berani memulai, memberikan dukungan dapat berarti banyak bagi orang yang kita ajak bicara.

Membicarakan mengenai kesehatan jiwa sama seperti membicarakan tentang hal lainnya sehari-hari, hanya saja dengan lebih banyak mendengarkan, berempati dan tidak menghakimi. Memulai bicara juga dapat dimulai dengan bertanya kepada seseorang mengenai keadaan mereka dengan cara yang hangat dan jujur.

Waktu yang tepat

Selalu ada waktu dan tempat untuk segala sesuatu, termasuk ketika memulai pembicaraan mengenai kesehatan jiwa. Pastikan waktu dan tempat yang nyaman dan sesuai bagi mereka sebelum mengajak berbicara seseorang tentang kesehatan jiwa mereka. Jangan tergesa-gesa. Temukan waktu luang yang cukup, setidaknya 30 menit atau lebih untuk obrolan yang lebih panjang. Ketika akan memulai pembicaraan, perhatikan juga kondisi tempat di sekeliling Anda dan pastikan orang yang diajak bicara merasa nyaman.

Sangat penting untuk mencurahkan perhatian penuh kepada mereka. Minimumkan potensi gangguan seperti dering ponsel dan sebagainya.

Mendengarkan secara aktif

Mendengarkan dengan empati adalah hal yang sangat penting. Kita perlu mendengarkan secara aktif, melibatkan diri untuk mendengarkan dengan saksama dan merespon tanpa memotong pembicaraan.

Coba lakukan kontak mata, kecuali orang yang diajak bicara merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Usahakan untuk menjawab apa yang dikatakan dengan anggukan dan gestur yang sesuai, dan ulangi yang mereka katakan untuk memastikan. Ajukan pertanyaan yang langsung dan sesuai, tetapi jangan memaksa untuk mendapatkan jawaban yang tidak siap mereka berikan.

Mengelola perasaan diri pribadi

Memulai pembicaraan dan mendengarkan bisa menjadi hal yang sulit, tetapi apabila Anda ingin meyakinkan dan mendorong orang lain untuk memulai pembicaraan, ada baiknya Anda tidak menghakimi. Yakinkan mereka bahwa tidak masalah untuk berbicara mengenai apa yang mereka rasakan dan bahwa Anda akan menghargai apa yang ingin mereka sampaikan.

Terkadang ketika kita mendengarkan, kita akan mudah tergoda untuk mulai memberikan saran. Tetapi, akan lebih bijak untuk menanyakan orang yang diajak bicara, apakah mereka ingin memperoleh saran dari kita. Terkadang mereka ingin diberi saran, namun terkadang juga hanya sekadar merasa perlu didengarkan.

Merespon dengan sesuai

Jangan membanding-bandingkankan, menggurui, apalagi menyalahkan orang yang Anda ajak bicara. Kesalahan dalam menyampaikan berpotensi memperburuk keadaan. Hindari membanding-bandingkan kondisi yang dirasakan penyintas dengan kondisi orang lain maupun kondisi Anda sendiri, karena setiap orang memiliki respon dan ambang batas yang berbeda dalam menghadapi permasalahan.

Sarankan untuk menemui tenaga profesional

Agar dapat didiagnosis dan mendapatkan penanganan yang sesuai, orang dengan gejala depresi perlu ditangani oleh tenaga kesehatan professional, seperti psikolog atau psikiater. Mencari pertolongan bukanlah sebuah kelemahan, sehingga Anda perlu menunjukkan dukungan dan jika perlu menghantarkan untuk menemui tenaga kesehatan terdekat.

Bagaimana merespon pemikiran bunuh diri orang lain?

Sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa 20% orang di usia produktif mengalami atau merasakan keinginan untuk bunuh diri. Kepercayaan bahwa memulai pembicaraan tentang bunuh diri dapat meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan bunuh diri adalah sebuah mitos belaka. Apabila Anda khawatir dengan orang terdekat Anda yang mungkin memiliki pikiran untuk bunuh diri, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menanyakannya secara langsung.

Jika mereka menyampaikan perasaan atau keinginan mereka untuk bunuh diri, atau Anda mencurigai mereka berpikir demikian, penting untuk mendorong mereka agar segera mendapatkan bantuan.

Bantuan terkait pencegahan bunuh diri dapat dilakukan dengan menghubungi rumah sakit umum daerah (RSUD) atau rumah sakit umum rujukan terdekat dari tempat tinggal Anda. Setiap RSUD atau RS rujukan di tingkat provinsi sudah dilengkapi dengan ketersediaan psikiater atau pelayanan kesehatan jiwa.

 

Referensi

Sri Yuliani Umasugi
Sri Yuliani Umasugi
Sri is a medical doctor graduated from Universitas Gadjah Mada in 2017. She is now doing internship as general practitioner in Ambon, Maluku. Her first encounter with mental health issues when studying medicine has develop a sense of empathy and awareness about how neglected this disease is in Indonesia. She realized, Indonesia’s current condition regarding mental health issues are far from ideal but believe everyone can contribute. That, through collective effort we can get there. One baby step at a time. Writing as a way to reach more and further audience is how she hope to contribute to change, that Indonesia needs.