PERJALANAN KEDUKAAN & KEHILANGAN

Yang saya buat ini adalah gabungan Lukisan karya Ayah saya, dan Puisi yang saya buat. Lukisan ini menggambarkan seorang ibu yang sedang mengurus Anaknya, betapa besar Cinta seorang Ibu pada Anaknya. Puisi yang saya buat menggambarkan seorang anak yang kehilangan ibu nya, saat ibunya telah tiada, ia merasa berat untuk menjalani kehidupan. Kedukaan selalu menyelimuti dirinya.

Dn. Koestolo (70) & Galuhshyta (23)


Pada hari itu langit tampak mendung
Aku masih terdiam tanpa kata-kata sepatahpun
Aku seperti bermimpi, rasanya aku belum
bisa menerima apa yang terjadi
Ibu…
aku menangis tanpa henti saat ku tahu kau
tiada untuk selama-lamanya
Aku tahu ibu mendengar ku menangis
Kepergianmu meninggalkan sakit hati yang
sulit untuk di sembuhkan
Ibu…
Kehidupanku berubah dari hari demi hari
Aku merasa kesulitan…
Aku rindu dengan keseharianmu,
Aku rindu dengan senyum, canda & tawamu,
Aku rindu dengan sapamu,
Aku merindukanmu ibu
Ibu…
Tidak ada yang ku hargai lebih dari cinta mu
Aku selalu meningat hal-hal yang telah kau
ajarkan padaku
Cinta & memori ibu tidak akan berlalu
Aku berjanji tidak akan merusak senyum
yang ibu berikan kepadaku
Aku selalu mencintaimu ibu…

laluiluka into the light

Mengangkat tema “Air Mata Kehilangan Menjadi Seni yang Kulukiskan“, galeri seni ini adalah hasil karya para penyintas kehilangan bunuh diri dan juga orang-orang yang peduli dengan mereka yang merasakan kehilangan orang terkasih karena bunuh diri.

Mengalami duka dan mencoba melalui luka itu adalah sebuah proses, dan kami percaya seni dapat menjadi salah satu media yang dapat membantu seseorang menjalani prosesnya.

Penyintas kehilangan bunuh diri adalah anggota keluarga, kerabat, atau teman dari seseorang yang meninggal karena bunuh diri, atau siapa saja yang terdampak setelah mengetahui seseorang meninggal karena bunuh diri.

Seorang penyintas tidak hanya mengalami rasa duka yang mendalam, namun seringkali juga dihadapkan dengan tekanan sosial dari orang-orang di sekitar mereka.