MENULISKAN KEPULANGAN

Gema sunyi kapel seakan berkata
Kepergian tak meluruhkan kecemasan yang tumbuh di dalam mata.
Kulihat tiap wajah dalam pantulan kaca
Menerka apakah ada sesal terukir di kerutan mereka.

Kupejamkan mata dan kulihat bintang berjatuhan
Kupejamkan mata dan dirimu mengambil peran.
Doa melayang entah kemana
Semata-mata aku pendosa yang merindukan teduhnya suara
Dari kau dan sungai kecil yang mengalir dalam jiwamu.

Dunia tak menawarkan kedamaian abadi
Ia adalah rasa cemas yang memohon pemakluman.
Di atasnya, langit yang bersahaja merentangkan kedua tangannya
Membawamu pada cinta yang utuh, sebuah bahasa tanpa tafsir.

Tiga malaikat agung turun pagi itu
Masa kecilmu kembali terbuka dan kau tak perlu lagi menunggu
Disekanya air matamu, dirawatnya luka di tanganmu, dan dibawakannya pelita untukmu
Mereka memeluk dan mencium kedua pipimu; sebuah sambutan pulang ke rumah.

Seluruh bentuk kasih mewariskan sebuah benih.
Pun cinta yang kau tabur akan tumbuh menjadi bunga,
Mereka yang letih akan bertemu dengan seorang pengasih,
Dan kepingan dirimu akan menjadi foto dalam figura, nada dalam cerita.

Ketika kau sepenuhnya kembali kepada langit yang tabah dan laut yang setia
Biarkan diriku mengenang kau dengan sederhana
Dan jalan yang kautinggalkan akan tetap kujaga
Semata cinta yang memeluk seluruh yang tumbuh dan kembali kepadanya.

“Menuliskan Kepulangan” adalah salah satu puisi yang saya tulis sebagai bentuk refleksi sebuah perjalanan setelah kehilangan. Puisi ini ditulis pada tahun 2020 dimana saya banyak menghabiskan waktu merefleksikan tentang kehidupan juga kematian. Puisi ini merupakan bentuk perayaan akan kehidupan dan jiwa seseorang. Sebuah perayaan akan perjalanan kepulangan hingga kerelaan. Dalam “Menuliskan Kepulangan”, saya ingin berbicara bahwa bentuk penghargaan tertinggi yang bisa kita beri kepada seseorang adalah ketika kita merelakan dan memberanikan diri untuk memberi mereka ruang dalam ingatan.

Katarina N. (20)

laluiluka into the light

Mengangkat tema “Air Mata Kehilangan Menjadi Seni yang Kulukiskan“, galeri seni ini adalah hasil karya para penyintas kehilangan bunuh diri dan juga orang-orang yang peduli dengan mereka yang merasakan kehilangan orang terkasih karena bunuh diri.

Mengalami duka dan mencoba melalui luka itu adalah sebuah proses, dan kami percaya seni dapat menjadi salah satu media yang dapat membantu seseorang menjalani prosesnya.

Penyintas kehilangan bunuh diri adalah anggota keluarga, kerabat, atau teman dari seseorang yang meninggal karena bunuh diri, atau siapa saja yang terdampak setelah mengetahui seseorang meninggal karena bunuh diri.

Seorang penyintas tidak hanya mengalami rasa duka yang mendalam, namun seringkali juga dihadapkan dengan tekanan sosial dari orang-orang di sekitar mereka.