Kehilangan adalah duka yang mendalam, sebagaimana pedang tak kasat mata yang menyayat diri hingga terekspose. Api emosi meledak keluar, menjalar, membuat sekujur tubuh meringis pedih, menghakimi apa yang salah dalam diri hingga kehilangan orang terkasih tanpa pamit. Waktu silih berganti dan luka kian menganga bersama api penghakiman yang membara. Namun lidahnya kian mereda oleh tangis, oleh air mata, dan rintihan untuk memaafkan diri sendiri. Dengan tekun menjahit luka, untuk kembali melangkah, belajar, dan merefleksikan diri. Hingga akhir api itu masih ada, namun disertai dengan bunga yang mekar dari dalam hati, menghiasi mereka yang masih memiliki lubang menganga di hatinya. Bunga mekar entah pada tahun keberapa semenjak kehilangan tanpa pamit. Namun bunga mekar untuk menyapa jiwa-jiwa yang berduka bersama lubang besar di hatinya. Anda tidak sendirian… Raihlah ke dalam, dan peluklah aku untuk mengisi kekosongan akan duka… Hingga akhirnya bunga baru mekar di dalam dirimu…
MCL (23)