Ini adalah bagian pertama dari seri “Cari Tahu tentang Bunuh Diri”. Temukan lebih banyak informasi seputar bunuh diri di laman “Tentang Bunuh Diri” Into The Light Indonesia.
Navigasi
Mengapa seseorang melakukan bunuh diri?
Tidak ada penyebab tunggal atau penyebab pasti bunuh diri.
Bunuh diri seringkali muncul karena tekanan-tekanan yang datang melebihi batas kemampuan seseorang mengendalikan tekanan itu sendiri, sehingga menyebabkan berubahnya kondisi kesehatan jiwa.
Bunuh diri paling sering terjadi saat faktor-faktor yang memberi tekanan (stresor) dan masalah kesehatan jiwa terjadi bersamaan dan menciptakan rasa putus asa.
Depresi adalah kondisi paling umum yang terkait dengan bunuh diri, dan seringkali tidak terdiagnosis atau terobati. Kondisi seperti depresi, kecemasan, dan masalah penyalahgunaan zat, ditambah dengan tidak adanya penanganan, meningkatkan risiko bunuh diri. Namun, penting untuk dicatat bahwa kebanyakan orang yang aktif menjaga kesehatan jiwa mereka mampu untuk terus menjalani kehidupan.
Jadi, apa saja faktor penyebab bunuh diri?
Banyak ahli berpendapat, bahwa bunuh diri lebih banyak disebabkan oleh gabungan berbagai faktor bio-psiko-sosial yang kompleks, bukan karena penyebab tunggal.
Biologis: Faktor biologis banyak melibatkan bagaimana tubuh manusia bereaksi atas kondisi fisiologis, biokimiawi, dan genetik.
Psikologis: Faktor psikologis berfokus pada kesadaran pikiran, kondisi kejiwaan, perasaan, dan rasa percaya tentang dunia dari seseorang yang melakukan/mencoba bunuh diri.
Sosial: Faktor sosial banyak terkait dengan lingkungan, interaksi dengan orang lain, atau hubungan sosial. Faktor yang lebih luas dalam masyarakat seperti situasi politik, ekonomi, dan budaya juga mempengaruhi terjadinya bunuh diri.
Para ahli menyebut faktor-faktor ini sebagai faktor risiko.
Apa saja contoh faktor risiko yang perlu diperhatikan?
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko bunuh diri yang paling sering ditemukan:
Kondisi kesehatan jiwa
Depresi
Gangguan bipolar
Skizofrenia
Perilaku agresif
Perubahan mood yang tajam
Relasi yang buruk
Gangguan perilaku
Gangguan kecemasan
Kondisi kesehatan fisik
Penyakit kronis atau tidak dapat disembuhkan
Rasa sakit yang berkepanjangan
Penggunaan zat adiktif
Cedera atau trauma pada otak
Riwayat hidup
Percobaan bunuh diri sebelumnya
Riwayat bunuh diri dalam keluarga
Korban trauma, kekerasan fisik/seksual, atau ditelantarkan
Lingkungan sekitar
Akses terhadap benda mematikan, termasuk senjata api dan obat-obatan
Stres berkepanjangan, seperti pelecehan, perundungan, masalah dalam hubungan, atau menganggur
Peristiwa yang menimbulkan stres, seperti penolakan, perceraian, krisis finansial, perubahan hidup yang drastis, atau kehilangan sesuatu
Terpapar orang lain yang bunuh diri, atau peristiwa bunuh diri yang menimbulkan trauma
Menjadi bagian dari kelompok minoritas, marjinal, atau terisolasi
Kesulitan atau stigma untuk mendapatkan akses kesehatan
Seberapa banyak orang yang melakukan bunuh diri?
WHO memperkirakan lebih dari 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Bunuh diri juga adalah penyebab kematian tertinggi kedua pada rentang usia 15 s/d 29 tahun.
Tetapi, stigma seputar bunuh diri menjadikan banyak kasus bunuh diri tidak terlapor atau tidak diketahui, sehingga diperkirakan jumlah sesungguhnya orang yang bunuh diri dapat beberapa kali lipat lebih tinggi.
Bisakah pemikiran bunuh diri dicegah?
Bisa. Para ahli kesehatan jiwa sudah terlatih untuk membantu seseorang memahami pikiran mereka dan dapat meningkatkan kondisi kejiwaan dan rasa bahagia. Beberapa ahli punya pendekatan tersendiri, namun mereka dapat memberikan cara yang efektif untuk membantu.
Psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy) dan terapi perilaku dialektika (dialectical behavior therapy) dapat membantu orang dengan pemikiran bunuh diri untuk menyadari pola pikir atau tindakan yang tidak sehat, memvalidasi perasaan yang bermasalah, dan mempelajari teknik penanganan stres.
Pemberian obat-obatan dapat diberikan jika dibutuhkan untuk menyembuhkan depresi dan rasa cemas yang mendasar, serta dapat menurunkan risiko seseorang untuk melukai diri. Tergantung diagnosis kesehatan jiwanya, pengobatan lain juga bisa digunakan untuk mencegah gejala tertentu.
Tahukah kamu?
Setiap kematian karena bunuh diri juga diperkirakan dapat berdampak kepada 135 orang, termasuk mereka yang membutuhkan bantuan klinis atau dukungan setelah mereka terpapar dengan bunuh diri tersebut.
(Cerel, dkk., 2018)
Apa yang harus saya lakukan jika orang yang saya kenal ingin melakukan bunuh diri?
Jika kamu merasa seseorang memikirkan untuk bunuh diri, hubungilah mereka.
Jangan ragu untuk bertanya dan biarkan mereka bercerita dengan terbuka apabila mereka berkenan. Jadilah pendengar yang baik dengan tidak memberikan komentar berlebih atau penghakiman.
Semakin cepat kamu mengetahui rencana atau pemikiran bunuh diri, maka semakin mudah dan cepat pula bunuh diri dapat dicegah.
Apa saja tanda-tanda orang yang ingin bunuh diri?
Kebanyakan orang yang ingin melakukan bunuh diri menunjukkan setidaknya satu tanda peringatan bunuh diri, entah melalui apa yang mereka katakan atau lakukan.
Beberapa tanda-tanda peringatan bunuh diri contohnya:
- Berbicara keinginan untuk mengakhiri hidup
- Mencari cara untuk bunuh diri
- Berbicara tentang merasa putus asa atau tidak punya tujuan
- Berbicara tentang merasa terjebak atau sakit yang tidak tertahankan
- Berbicara tentang merasa menjadi beban bagi orang lain
- Menjadi pemabuk atau menggunakan narkoba
- Bersikap cemas, mudah marah, atau sembrono
- Kurang tidur, atau terlalu banyak tidur
- Menarik diri dan merasa terisolasi
- Menunjukkan kemarahan atau berbicara tentang keinginan balas dendam
- Menunjukkan perubahan mood yang drastis
Apakah kamu punya pertanyaan lain seputar bunuh diri?
Di bagian berikutnya, kami akan membahas data dan fakta terbaru seputar bunuh diri dalam skala global, di Indonesia, dan khususnya untuk populasi anak muda.
Artikel ini disadur dari American Suicide Prevention Foundation dan National Alliance on Mental Illness dengan perbaikan seperlunya.