Sejak lahirnya di tahun 2013, Into The Light Indonesia selalu dihantui, baik oleh pertanyaan di benak kami maupun dari orang lain kepada kami, dengan pertanyaan seperti memangnya berapa banyak angka bunuh diri? Kelompok mana yang paling banyak alami pemikiran bunuh diri ini? Kerentanan apa yang dimiliki sehingga mereka memiliki pemikiran bunuh diri? Berapa di antara mereka yang berhasil mengakses layanan kesehatan jiwa?
Maka, bertepatan dengan bulan kesehatan mental, pada Mei 2021, bersama dengan Change.org Indonesia, kami melakukan survei yang bertujuan kami untuk mencari tahu bagaimana kondisi psikologis dan penggunaan layanan kesehatan mental masyarakat Indonesia. Rangkuman laporan kami pertama kali dipublikasikan pada Agustus 2021, dan dari penelitian tersebut, kami menelurkan serangkaian seri laporan bertajuk Laporan Perilaku Penggunaan Layanan Kesehatan Mental di Indonesia 2021.
Seri Laporan ke-1 ini akan menjabarkan Hasil Awal penelitian kami yang mencakup beberapa tujuan umum. Pertama, kami mengenali pengetahuan dan stigma tentang bunuh diri yang dimiliki oleh partisipan. Kedua, kami menanyakan faktor risiko yang dimiliki partisipan, seperti rasa kesepian dan pikiran menyakiti diri sendiri. Ketiga, kami menanyakan ragam intervensi yang diyakini akan membantu apabila partisipan memiliki masalah kesehatan mental. Keempat, kami menanyakan status kepemilikan asuransi kesehatan, serta pengetahuan masyarakat mengenai akses layanan kesehatan mental melalui BPJS dan yang terdekat dari tempat tinggal partisipan. Kelima, kami menanyakan riwayat partisipan mengakses layanan kesehatan mental, serta mengapa sebagian partisipan tidak mencari bantuan kesehatan mental. Keenam, kami menanyakan aspek apa saja yang menjadi pertimbangan partisipan dalam memilih layanan kesehatan mental.
Keenam poin tersebut disajikan sebagai hasil rata-rata seluruh partisipan, yang kemudian kami desegregasikan berdasarkan sebelas kelompok demografi untuk mengenali disparitas di antara masing-masing kelompok demografi. Dengan adanya gambaran khusus dari kelompok demografi yang rentan, kita akan mulai mendapatkan gambaran lebih baik mengenai kondisi, tantangan dan kebutuhan mereka. Harapan ke depannya, kami akan meluncurkan beberapa seri laporan lainnnya yang akan membahas ke masing-masing kelompok rentan ini secara lebih mendalam.
Versi lengkap dari Seri Laporan ke-1 ini dapat diunduh dengan mengeklik di sini.
Metodologi penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah sampling non-acak dengan pengumpulan data secara daring dari 25 Mei hingga 16 Juni 2021. Survei diddistribusikan melalui seluruh kanal Into The Light Indonesia dan Change.org. Instrumen yang digunakan bersumber dari penelitian terdahulu dan diadaptasi sesuai dengan konteks sosio-budaya masyarakat Indonesia.
Demografi
Partisipan (N = 5.211) didominasi kelompok usia 18-34 tahun (79,9%) yang tersebar di semua 34 provinsi di Indonesia, tetapi sebagian besar berada di Pulau Jawa (75,8%). Mayoritas partisipan beragama Islam (70,9), perempuan (67,3%), heteroseksual (89,6%), dan tanpa disabilitas (77,7%).
Rasa kesepian dan pemikiran melukai diri sendiri
Dua dari lima (39,3%) partisipan merasa lebih baik mati dan ingin melukai diri sendiri dalam dua minggu terakhir.
Lebih dari setengah partisipan kelompok minoritas seksual dan gender* pernah berpikir lebih baik mati dan ingin menyakiti diri sendiri dalam dua minggu terakhir.
*interseks, transgender, dan non-biner (56%) dan non-heteroseksual (57%)
Literasi dan stigma bunuh diri
Tidak ada partisipan yang menjawab dengan benar seluruh pertanyaan tentang fakta bunuh diri. Artinya, pengetahuan partisipan tentang fakta dan penyebab bunuh diri masih minim.
Akses ke layanan kesehatan mental
Dalam tiga tahun terakhir, hanya 27% dari total partisipan yang pernah mengakses layanan kesehatan mental.
Hanya 18% partisipan laki-laki yang pernah mengakses layanan kesehatan mental, lebih rendah daripada perempuan (31%), kelompok minoritas seksual (42%), dan kelompok minoritas gender (37%).
Pertimbangan partisipan dalam memilih layanan kesehatan mental
Tapi, partisipan dari kelompok minoritas seksual (75%), kelompok minoritas gender (79%), dan partisipan dengan status HIV positif (74%) lebih mempertimbangkan untuk memilih layanan kesehatan yang menerima keragaman gender dan seksualitas kliennya.
Pengetahuan akses ke layanan kesehatan mental
7 dari 10 orang tidak tahu BPJS dapat menanggung biaya akses dan pengobatan layanan kesehatan mental.
Layanan kesehatan jiwa Puskesmas sudah terdapat di hampir semua kota besar di Indonesia. Bagi pemilik kartu BPJS, biaya konsultasi dan pengobatan untuk gangguan kejiwaan tertentu seperti gangguan depresi, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan personaliti, dan perilaku kontrol impulsif, dapat ditanggung sampai dengan gratis.
3 dari 5 orang tidak tahu jika ada layanan kesehatan mental di wilayah domisilinya.
Riwayat akses ke layanan kesehatan mental
Lebih dari setengah partisipan tidak pernah mengakses layanan kesehatan mental.
Saat partisipan ditanyakan penyebab mereka tidak pernah mengakses layanan kesehatan mental:
Saat partisipan merasa memiliki pemikiran bunuh diri atau masalah kesehatan mental, partisipan lebih memilih untuk melakukan hal berikut:
Seluruh partisipan meyakini kalau anggota keluarga dan teman dekat berjenis kelamin sama lebih membantu dibanding tenaga kesehatan jiwa profesional. Padahal, tenaga kesehatan jiwa profesional lebih memiliki keahlian dan akan menjaga rahasiamu.
Di masa yang sulit ini, nggak apa-apa loh kalau kamu merasa kesepian, kelelahan, dan kehilangan.
Jika kamu merasa tidak baik-baik saja, lebih baik kamu mengakses layanan kesehatan jiwa dengan menggunakan aplikasi daring atau BPJS Kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarmu.
Jika kamu tidak yakin apakah Puskesmas terdekat dari tempat tinggal kamu menyediakan layanan kesehatan jiwa, datangi langsung dan tanyakan. Tenaga kesehatan di Puskesmas akan mengarahkan kamu ke Puskesmas lain atau rumah sakit terdekat jika mereka tidak menyediakan tenaga profesional kesehatan jiwa.
Tim Penyusun Materi: Benny Prawira, Selvi Magdalena, Monica Jenifer Siandita, Rachmadianti Sukma Hanifa, Andrian Liem
Tim Desain Buku: I Gede Anantha Kusuma, Siti Nurrachmawati, Kevin Sucianto
Tim Desain Web: Kevin Sucianto
Laporan ini dibuat bekerja sama dengan Change.org Indonesia.
Pandangan dan saran yang ditulis dalam laporan ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan Into The Light Indonesia. Semua entitas di atas tidak bertanggung jawab atas hal apa pun yang timbul akibat dari publikasi ini.
Kutipan:
Into The Light Indonesia. (2021). Seri Laporan ke-1: Laporan Perilaku Penggunaan Layanan Kesehatan Mental di Indonesia 2021 – Hasil Awal. Jakarta: Into The Light Indonesia. Diunduh dari www.intothelightid.org.