Menjadi Pendengar yang Baik

Menjadi pendengar yang baik adalah cara paling sederhana dan terbaik yang bisa kamu lakukan untuk menolong orang yang berpikir untuk bunuh diri. Berikanlah ruang bagi orang yang kamu kasihi untuk menceritakan perasaan atau pengalaman tidak menyenangkan yang membuat ia berpikir atau mencoba bunuh diri. Teknik-teknik mendengar aktif dapat membantu untuk meningkatkan kualitas interaksi antara kamu dengan orang terkasih.

Memiliki seseorang yang dipercaya untuk menjadi tempat bercerita bisa memberikan dampak yang besar bagi orang-orang dengan pemikiran bunuh diri. Oleh karena itu, jangan ragu untuk menawarkan bantuan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mencurahkan isi hatinya. Jadilah pendengar yang baik, berikan respon yang empatik, dan bangun komunikasi yang positif untuk membantu mendorong agar mereka menjadi lebih baik.

Daftar Isi

Memulai percakapan: Yakinkan bahwa kamu dapat dipercaya

Katakan kepada mereka bahwa kamu peduli dengan kondisinya, dan kamu menawarkan pertolongan. Contoh:

"Kamu tidak terlihat seperti biasanya belakangan ini. Apa yang terjadi?"

"Aku khawatir dengan kondisi kamu yang [...]. Apakah kamu baik-baik saja?"

Beritahukan bahwa kamu bersedia untuk membantu. Yakinkan kepada mereka bahwa kamu siap dan dapat dipercaya untuk meluangkan waktu, serta mendengarkan segala hal yang ingin ia bicarakan secara mendetail, termasuk jika mereka berpikir untuk bunuh diri. Contoh:

"Aku ada untuk kamu jika kamu butuh bantuan atau orang untuk cerita."

"Cerita dong [bro/sis], kalo ada kenapa-kenapa. Ntar gue dengerin, selow aja."

Jika ia menolak berbicara denganmu pada saat itu, hargai pilihannya. Kamu dapat mengatakan hal seperti “Kamu bisa menghubungi aku jika kamu mau cerita nanti,” atau tanyakan “Apakah ada orang lain yang kamu bisa percaya?

Tips:

Sebaiknya, carilah tempat yang sepi atau tertutup, sehingga ia bisa bercerita dengan aman dan nyaman.

Saat mereka mulai bercerita

Jika mereka bersedia untuk menceritakan masalah mereka, kamu bisa menanyakan beberapa pertanyaan pembuka, seperti:

• "Sejak kapan kamu merasa seperti ini?"
• "Apa ada hal tertentu yang terjadi membuatmu merasa seperti itu?"
• "Apa yang dapat dilakukan untuk membantumu saat ini?"
• "Apa kamu pernah mencoba mencari bantuan profesional?"

Biarkan mereka untuk bercerita dan melepaskan semua perasaannya. Bersikaplah suportif, pengertian, dan memberi perhatian penuh. Yakinkan dirinya bahwa kamu akan mendengarkan apa pun yang ia katakan tanpa dihakimi. Biarkan dia berbicara mengenai pikiran, perasaan, dan alasan ingin bunuh diri.

Beritahukan bahwa tidak apa-apa membicarakan mengenai hal-hal yang mungkin menyakitkan, bahkan jika itu sulit. Berikan dia ruang untuk meluapkan emosinya, seperti menangis, marah, atau berteriak. Dia mungkin akan merasa lebih lega setelah melakukan hal tersebut.

Menjadi pendengar yang aktif

Saat mereka bercerita, pastikan kamu menunjukkan bahwa kamu peduli dengan cerita mereka dan akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan empati. Kamu bisa menggunakan teknik-teknik berikut ini:

Afirmasi: Berikan respon secukupnya saat mereka sedang bercerita, seperti “Hmm…“, “Iyah“, “Oh gitu ya?” atau semacamnya.

Parafrase: Ulangi perkataan atau poin-poin penting dari cerita mereka dengan kata-katamu sendiri. Contoh: “Jadi, tadi kamu bilang bahwa […]

Rangkum: Berikan ringkasan percakapan mereka dengan kata-katamu sendiri, untuk menunjukkan bahwa kamu sungguh-sungguh mendengar cerita mereka. Contoh: “Saya turut sedih bahwa kamu harus mengalami […]

Refleksi: Akui perasaan yang kamu dan dia alami. Contoh: “Wah, tampaknya yang kamu alami ternyata cukup sulit.” atau “Saya turut bersedih setelah mendengar kondisi kamu saat ini.

Nonverbal: Lakukan kontak mata dan gestur tubuh yang menunjukkan kepedulian dan menghargai mereka. Sentuh tangan atau peluk mereka, jika mereka bersedia. Hindari bermain ponsel selama mereka bercerita.

Tips lainnya:

  • Bersikaplah tenang dan sabar saat mereka menceritakan perasaan mereka.
  • Jangan menyela atau memotong pembicaraan jika tidak dibutuhkan.
  • Sesuaikan responmu dengan latar belakang, gaya bahasa, atau tingkat kedekatanmu dengan mereka.
  • Perhatikan juga bahasa yang kamu gunakan: hindari memberikan respon yang menghakimi atau dapat menyinggung perasaan mereka.
  • Terimalah apa yang mereka ceritakan dengan apa adanya. Hindari berdebat bahwa kamu setuju/tidak setuju dengan tindakan atau opini mereka.
  • Jangan takut untuk bertanya "Apakah kamu sudah berpikir untuk bunuh diri?". Dengan mengetahui keinginan bunuh diri mereka, kamu bisa mengambil langkah untuk membuat mereka aman.

Sepanjang mereka bercerita: tanyakan alasan hidup

Sepanjang mereka bercerita, biarkan mereka meluapkan semua perasaan dan pikiran mereka hingga tuntas. Tahan segala asumsi dalam kepalamu dan hindari menyela untuk berargumen atau memberikan nasihat. Ingat: Mereka sangat membutuhkan ruang untuk meluapkan emosi mereka, tanpa takut mendapatkan penghakiman dari orang lain.

Hal ini terkadang tidak mudah untuk dilakukan bagi sebagian orang, tetapi untuk kali ini cobalah untuk bersabar dan menjadi pendengar yang baik.

Daripada berargumen atau menceramahi mereka, kamu sebaiknya menanyakan pertanyaan untuk membantu mereka mengalihkan pemikiran bunuh diri, seperti:

"Apa yang kamu sudah lakukan untuk mengalihkan dirimu dari pemikiran mengenai bunuh diri?"

"Ketika kamu berpikir bunuh diri, apa yang membuatmu berpikir untuk dapat hidup lebih lama?"

"Tadi kita sudah bicara mengenai bunuh diri, apa sekarang kita bisa bicara mengenai caramu melanjutkan hidup?"

Ajaklah mereka untuk merencanakan bagaimana agar mereka dapat menjadi lebih baik, seperti bagaimana untuk mencegah hal-hal yang memicu bunuh diri, langkah-langkah pertolongan pertama jika mereka merasa tidak baik, cara untuk mendistraksi keinginan melukai diri sendiri, atau mengajak mereka untuk mendapatkan bantuan profesional.

Hindari berikan reaksi yang berlebihan, apalagi berargumentasi dengannya. Hal tersebut justru menambah beban bagi mereka, dan membuat kamu tidak lagi dianggap dipercaya. Sebaliknya, beri pengertian kepadanya bahwa kamu sangat peduli dan tak akan membiarkan mereka merasa sendirian.

Tips:

Daripada mencoba memahami masalah dari sudut pandang kamu, cobalah untuk memahami dari sudut pandang rekan kamu. Fokuslah dengan apa yang membuat mereka lebih baik, bukan apa yang kamu rasa akan membuat mereka lebih baik.

Setelah mereka bercerita

Yakinkan bahwa kamu bersedia dan akan mendapatkan dukungan juga darimu. Misalnya, kamu dapat mengatakan:

"Kamu tidak sendirian kok, aku akan menemanimu."

"Saya mungkin tidak akan bisa memahami apa yang kamu rasakan, tapi saya mau membantumu."

Ingatlah untuk berterima kasih dan mengakui keberaniannya karena ia mau membagikan perasaannya dengan kamu.

Jika kamu melihat bahwa rekan kamu membutuhkan pertolongan profesional atau mengalami masalah yang betul-betul serius, berikan ia rujukan ke profesional terdekat. Yakinkan padanya bahwa mereka akan mendapatkan bantuan dan perawatan yang tepat. Jika memungkinkan, ajaklah pihak lain, seperti keluarga atau teman terdekatnya untuk bekerja sama, agar ia mendapatkan dukungan tambahan.

Hal-hal yang harus dihindari

Saat orang yang kamu kasihi sedang bercerita, ada beberapa kata-kata atau tindakan yang harus dihindari, karena hal ini tidak membantu membuat kondisi lebih baik dan dapat membuat mereka tidak lagi percaya denganmu.

Hindari berargumen atau berdebat.

Dengarkan cerita mereka dengan perhatian penuh. Jangan menghabiskan waktu dan energi kamu untuk berdebat tentang perasaan atau pikiran bunuh diri mereka, apakah mereka melakukan tindakan yang benar/salah, atau sebagainya.

Jangan menyela atau memotong pembicaraan mereka.

Dengarkan baik-baik dan bersabarlah. Berikan ruang bagi mereka untuk bercerita.

Jika kamu terpaksa menyela karena alasan teknis (misalnya, karena ada hujan, suara yang bising, atau telepon), katakan seperti: “Mohon maaf aku harus memotong, tapi […].”

Jangan menyebut mereka "tidak beriman" atau "perlu lebih banyak berdoa/bersyukur".

Kalimat tersebut mengasumsikan mereka tidak cukup dekat dengan agama atau kepercayaan mereka. Padahal, perjalanan spiritual dan iman setiap orang selalu berada dalam fase yang berbeda-beda sepanjang masa kehidupannya.

Sebaiknya, tahan asumsi kamu. Saat kondisi mereka sudah lebih baik, tanyakan “Apakah dengan berdoa (atau melakukan kegiatan spiritual) dapat membantu mereka lebih baik?”. Jika ya: kamu bisa merekomendasikan hal ini. Jika tidak: tanyakan lagi apa hal lain yang dapat membantu mereka.

Jangan meremehkan atau menertawakan pikiran bunuh diri mereka.

Jangan pernah meremehkan pemikiran bunuh diri seseorang, seperti menganggapnya hanya bercanda, lebay, atau lemah. Setiap orang memiliki batas kemampuannya masing-masing, sehingga selalu lebih baik untuk menganggap serius ucapan mengenai pemikiran bunuh diri seseorang.

Jangan membanding-bandingkan kondisi dirinya dengan kamu atau orang lain

Hidup ini bukan kompetisi. Jangan mengalihkan pembicaraan atau meremehkan kondisi mereka dengan menambahkan bahwa kondisimu atau kondisi orang lain lebih buruk dari mereka. Fokuslah dengan mencari apa yang membuat mereka dapat lebih baik.

Jangan menghakimi atau memarahi cerita mereka.

Tidak ada orang yang suka dihakimi atau dimarahi, terlebih orang yang berniat bunuh diri. Ceramah dan penghakiman dari orang lain yang hanya akan melukai mereka lebih parah lagi.

Jangan memberikan nasihat, kecuali jika diminta.

Mereka lebih butuh untuk didengarkan. Jika mereka meminta nasihat atau solusi, pastikan kamu tetap memperhatikan pilihan kata-katamu untuk menunjukkan bahwa kamu berempati dengan kondisi mereka.

Jangan memaksa atau mengancam seseorang untuk bercerita.

Jika mereka menolak, hargai keputusan mereka. Jika kamu bersikeras memaksa, mereka mungkin akan berbohong atau justru semakin menolak untuk diberikan bantuan.

Jangan mendiagnosis sendiri bahwa mereka memiliki gangguan kejiwaan.

Sebaiknya ajak mereka untuk bertemu dengan profesional. Para profesional akan memberikan diagnosis dan perawatan yang sesuai dan dibutuhkan bagi mereka.

Jangan menantang seseorang untuk melakukan bunuh diri.

Kalimat-kalimat semacam itu justru dapat menjadi pemicu seseorang benar-benar melakukan bunuh diri. Sebaiknya, buat mereka menjadi aman dengan menjauhkan mereka dari akses benda-benda berbahaya.

Hindari menggunakan istilah "berhasil/gagal" bunuh diri.

Kalimat tersebut memberikan kesan bahwa bunuh diri adalah hasil akhir yang lebih diinginkan. Gunakan istilah seperti “meninggal karena bunuh diri” atau “mencoba bunuh diri“.

Terima kasih kepada Allysa Rismaya Dwi Putrie, Afi Desyadi, dan Bayu Alamsyah sebagai kontributor.

Sumber:

Mental Health First Aid Australia. Suicidal thoughts and behaviours: first aid guidelines (Revised 2014). Melbourne: Mental Health First Aid Australia; 2014.

Suicide Call Back Service. Discussing Suicide: How to talk to somebody about suicide. Diakses dari www.suicidecallbackservice.org.au

Suicide Line Victoria. Recognising suicide warning signs. Diakses dari www.suicideline.org.au