Pada 18 April 2015, Aliansi Remaja Independen (ARI) mengundang Into The Light Indonesia untuk menjabarkan isu kesehatan jiwa dan bunuh diri dalam kelompok remaja kepada volunteer ARI. Dalam sesi sharing ini, Into The Light mengawali dengan menjelaskan mengenai definisi kesehatan jiwa menurut WHO yaitu sebagai sebuah kondisi kesejahteraan dimana setiap individu menyadari potensinya, dapat menghadapi stres normal dari kehidupannya, dapat bekerja produktif dan menghasilkan, dan dapat membuat kontribusi pada komunitasnya.
Pembahasan berlanjut kepada jenis gangguan jiwa dan masalah kesehatan jiwa. Masalah kesehatan jiwa pada level global dan juga lokal di Indonesia perlahan-lahan dijabarkan untuk menjelaskan mengapa penting membahas isu kesehatan jiwa ini. Masih kurangnya riset, kurangnya fasilitas dan tenaga ahli dalam kesehatan jiwa, serta masih tingginya stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa menjadi salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan jiwa yang harus dibahas.
Pembahasan permasalahan kesehatan jiwa ini semakin terfokuskan kepada masalah yang dihadapi oleh remaja, terutama remaja sekolah. Penelitian Atilola, dkk (2013) misalnya menyatakan bahwa 7,9% siswa kelas 10 ke atas (dalam rentang umur 14-19 tahun) menunjukkan mereka berada pada rentang abnormalitas klinis. Remaja perempuan (15-19 tahun) mengalami beban kesehatan tertinggi karena depresi mayor, sedangkan gangguan kecemasan berada di urutan ke-7 dari 10 beban kesehatan tertinggi. Pada remaja laki-laki (15-19 tahun), depresi mayor ada pada urutan beban kesehatan ke-2, conduct disorder pada urutan ke-7, dan masalah penggunaan zat pada urutan ke-9 (Institute for Health Metrics and Evaluation, 2010).
Dari sekian banyak masalah kesehatan jiwa ini, pembahasan dipertajam ke arah bunuh diri. Penjelasan mengenai bunuh diri ini diawali dengan penjelasan mengenai faktor risiko, faktor pelindung dan stresor, serta menjelaskan secara singkat tiga tahap pencegahan bunuh diri yaitu suicide prevention, suicide intervention, dan suicide postvention.
Volunteer dari ARI yang berminat dengan pembahasan ini pun mulai bertanya mengenai kondisi yang pernah dialami dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat mencegah masalah terkait kesehatan jiwa dapat menjadi lebih besar.
Pada sesi berikutnya, 25 April 2015, ARI kembali mengundang Benny Prawira sebagai pemateri untuk In-House Training ARI. Dalam kesempatan kali ini, terdapat banyak organisasi remaja yang berhubungan dengan isu kesehatan reproduksi dan seksual diundang untuk menghadiri training tersebut. Training ini ditujukan agar para peserta dapat memahami penyebab terjadinya bunuh diri, memahami upaya pencegahan bunuh diri dan mampu mengadvokasikan upaya pencegahan bunuh diri disesuaikan dengan konteks isu kesehatan reproduksi dan seksual.
Sebagai pengantar, selain menjelaskan mengenai apa itu kesehatan jiwa, gangguan jiwa dan bunuh diri, Into The Light juga menghubungkan bagaimana hak dan kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) menjadi penting untuk dipenuhi bagi kesehatan jiwa remaja. Kedua isu menjadi sangat terkait karena banyak isu yang terkait HKSR remaja yang juga dapat menyebabkan munculnya perilaku bunuh diri pada remaja. Beberapa di antaranya adalah isu seperti pemerkosaan, homophobic bullying, internalized homophobia, pekerja seks, operasi penyesuaian kelamin, HIV dan AIDS, ketidakpuasan bentuk tubuh, dan lain-lain.
Dalam training ini, peserta diajarkan untuk memahami mengenai langkah-langkah suicide prevention pada tataran komunitas/organisasi selain juga mempraktikkan kemampuan untuk konseling pencegahan bunuh diri secara individual melalui kasus yang telah diberikan. Langkah-langkah advokasi untuk promosi kesehatan jiwa pun dijelaskan di sesi paling akhir untuk melengkapi peserta dengan kemampuan yang komprehensif.
Para peserta mengikuti seluruh proses training dengan semangat. Langkah-langkah bersama untuk melakukan pencegahan bunuh diri pun dibahas dengan seksama dan diharapkan dapat turut disebarkan ke masing-masing komunitas. Semakin banyak kesadaran yang ditingkatkan akan isu kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di setiap komunitas, diharapkan dapat memberikan pencerahan tersendiri agar tidak ada lagi nyawa yang terbuang sia-sia.
Dalam kesempatan ini, Into The Light Indonesia hendak mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Aliansi Remaja Independen atas inisiatifnya untuk bekerjasama dalam memberikan sharing session dan in-house training sehingga memungkinkan adanya peningkatan kesadaran dan pengetahuan mengenai pencegahan bunuh diri di dalam komunitas/organisasi remaja, terutama yang bergerak dalam isu hak dan kesehatan reproduksi dan seksual.
Into the Light Indonesia terbuka untuk mengedukasi ataupun bekerjasama dalam membentuk program pencegahan bunuh diri dengan semua organisasi atau komunitas, khususnya anak muda. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kirimkan e-mail ke intothelight.email (at) gmail (dot) com.